Ubiquitous Learning

Istilah Ubiquitous learning ini dalam bahasa indonesia secara sederhana berarti belajar di mana-mana, Seperti yang di sampaikan Prof. Eko Indrajit dalam youtube streaming pada hari jumat tanggal 3 April 2020. Belajar di mana-mana atau biasa di singkat U-Learning menggunakan peralatan yang bisa dibawa ke mana-mana. Artinya seluruh lingkungan belajar dapat diakses kapan saja di mana-mana menggunakan mobile phone.
Defenisi akademik dari Ogata mengatakan, Ubiquitous Learning adalah lingkungan pembelajaran yang dilakukan setiap hari dan didukung oleh Mobile Phone yang terhubung dengan wireless network. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Lingkungan pembelajarannya yaitu Learning Process, dalam pengalaman lingkungan sehari-hari yang serba teknologi. Tentu saja proses pembelajaran ini bisa dibilang mudah bisa juga sulit karena kita terbiasa dengan pembelajaran kelas, ketemu secara fisik tatap muka. Maka dibutuhkan tekologi yang lumayan lengkap dan lumayan canggih supaya mekanisme tatap muka itu bisa tergantikan. Obyek pembelajaran, bahan ajar harus dinyatakan dalam bentuk yang didukung dalam lingkungan virtual, demikian juga dengan aktifitas pembelajarannya.


Ciri khas utama Ubiquitous Learning adalah komponen yang bisa dikustomasi seperti : cara mencapai Tujuan Pembelajaran, selain itu Kita harus lihat Interest dan preferensi pembelajar itu sendiri. Lebih pada keinginan peserta untuk belajar hal apa saja. Selanjutnya Membuat strategi tertentu untuk peserta yang tidak terbiasa belajar online. Misalnya memberi jeda dalam penyampaian materi untuk peserta bisa bertanya. pada akhirnya semua dapat menggunakan teknologi sebagai media penghubung pengajar dan pembelajar.
Karakteristik Ubiquitous ini, peserta tidak akan pernah kehilangan bahan pembelajarannya karena semuanya terekam secara otomatis oleh sistem. Bahan yang terekam misalnya Viceo Streaming di Youtube, history mengerjakan tugas lewat Google Classroom, berkomunikasi chatting lewat WA dan kirim-kiriman email. Terekam terus menerus setiap hari.
Karakteristik lainnya adalah semua materi ini dapat diakses kapanpun diinginkan di seluruh sumber belajar berupa data, video, audio, teks. Bahkan tanpa harus menunggu peserta yg lain. Jadi yang ingin belajar lebih cepat bisa dapat lebih cepat.
Karakteristik ke-3, sistem ini dapat diakses dengan cepat. Peserta dapat secara cepat menemukan jawaban atas materi yang belum dipahami. Yang tidak kalah penting bahwa dengan sistem ini terjadi komunikasi yang multi arah antar peserta dan dosen, peserta dengan peserta bahkan peserta dengan sumber belajar lainnya baik secara sinkronous maupun asinkronus secara tidak langsung atau terjadwal.
Dilanjutkan oleh Prof Ucok, telah terjadi pergeseran cara belajar yang dulunya proses belajar dalam kelas menjadi E-learning, setelah itu menjadi M-Learning, satu tingkat di atasnya ada metode U-learning atau Ubiquitous Learning. Pada tahap ini belajar sudah menjadi kebutuhan. Satu tingkat di atas U-Learning ada S-Learning yaitu Smart Learning atau Seamless Learning. Disinilah nanti sampai pada society 5.0 yaitu lingkungan menjadi bagian dari pembelajaran.
Bagaimana ekosistem U-Learning ini ? yang paling dasar sebenarnya harus ada mobile phone atau embeded Computer seperti tablet dan gadget lainnya. Ada sistem operasi mobile yang mampu mengenal berbagai macam format interaksi dan bahan pembelajaran. Ada spesifikasi hardware mobile yang dapat menunjang proses itu. Ada multimedia tools dalam bentuk aplikasi yang tertanam dalam mobile phone.
Ada faktor penting yang harus di perhatikan dalam proses ini, yaitu jangkauan pembelajaran yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Jika ditemukan blank spot maka sistem yang bagus akan secara otomatis terhubung kembali begitu mendapat koneksi. Begitu pula dengan daerah yang ramai maupun sepi, koneksi ini tidak mengganggu proses pembelajaran.
Selain itu, faktor jaringan infrastruktur menjadi hal yang penting untuk keberlangsungan pembelajaran ini karen setiap titik yang terhubung harus bisa melalui semua jaringan yang tersedia. Para provider jaringan harus memahami kebutuhan ini, sehingga user yang berpindah-pindah tempat ini tidak mengalami masalah dengan keterhubungan jaringan dengan sumber belajar.
Setelah semuanya terpenuhi maka, proses pembelajarannya harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi. Ada perencanaannya, pelaksanaannya, evaluasinya dan ada pemutakhiran konten. Terkadang proses administrasinya terabaikan. Inilah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan ubiquitous learning supaya kita semua bisa melangkah maju ke Society 5.0.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *